Daftar Blog Saya

18.4.12

apresisasi sastra


ANALISIS KONFLIK SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM NOVEL MENCARI PEREMPUAN YANG HILANG KARYA Dr. IMAD ZAKI DENGAN ALIH BAHASA Dr. ZURIYATI

BAB I
PENDAHULUAN
1.                    Latarbelakang
Pengaruh lingkungan dan aspek kesejarahan tidak dapat dilepaskan dalam proses penciptaan sebuah karya sastra. Sastra merupakan cerminan kehidupan manusia yang tak lepas dari lingkungan sosial atau kemasyarakatan dan geografis tertentu. Oleh karena itu, karya sastra merupakan ekspresi zamannya sendiri sehingga ada hubungan sebab akibat antara karya sastra dengan situasi sosial tempat ia dilahirkan.
Di samping itu, ras, waktu, dan lingkungan merupakan latar belakang munculnya karya sastra. Ras dikaitkan dengan sifat-sifat suatu bangsa seperti bentuk tubuh, suasana kejiwaan, tingkah laku, dan lain-lain. Waktu dikaitkan dengan jiwa zaman; pada zaman tertentu suatu bangsa mempunyai pola kejiwaan yang sama sehingga merupakan gambaran tertentu tentang suatu bangsa.
Kenyataan sejarah yang melatarbelakangi proses penciptaan karya sastra mempunyai peranan penting dalam memberikan makna pada sebuah karya sastra. Karya sastra seringkali memotret zaman tertentu dan akan menjadi refleksi jaman tertentu pula
Karya sastra sebagai cerminan masyarakat pada suatu zaman bisa juga dianggap sebagai dokumen sosial budaya. Walaupun demikian, unsur-unsur imajinasi tidak bisa dilepaskan begitu saja sebab tidak mungkin seorang pengarang dapat berimajinasi jika tidak ada kenyataan yang melandasinya. Karya sastra juga bisa menjadi media untuk menyampaikan gagasan atau ide-ide penulis. Max Adereth dalam salah satu karangannya membicarakan litterature engage (sastra yang terlibat) yang menampilkan gagasan tentang keterlibatan sastra dan sastrawan dalam politik dan ideologi (Sapardi, 2002:15).
            Aspek sosiologi yang terdapat dalam novel Mencari Perempuan yang Hilang yaitu konflik sosial dan interaksi sosial tokoh utama yaitu Dokter Sholeh. Secara sosiologis, konflik sosial dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Terkait dengan novel tersebut bahwasanya jelas tergambar adanya konflik sosial tokoh utama, Sholeh, yang berusaha disingkirkan oleh Abdul Ghani, sang borjuis, sehingga terhalangnya kisah cintanya dan membuatnya tidak berdaya karena banyaknya tekanan. Begitu pula dalam kehidupan masyarakat era ini. Pemilik kekuasaan akan menyandingkan keturunannya dengan yang memiliki kekuasaan pula. Alasannya cukup simpel, yaitu kebahagiaan karena mereka mengukur kebagiaan dengan harta. Pada kenyataannya tidak seindah itu. Kebahagiaan akan tercapai dengan keharmonisan. Contohnya, seorang menteri perikanan tidak menyetujui anaknya menikah dengan seorang aktor film. Ia beranggapan bahwa anaknya tidak akan bahagia dengan aktor tersebut.
            Selain konflik sosial, terdapat pula interaksi sosial dalam novel Mencari Perempuan yang Hilang. Interaksi sosial adalah proses sosial yang terjadi sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yakni antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Dalam konteks novel tersebut terdapat interaksi sosial, yaitu kepekaan seorang dokter terhadap pasiennya.
            Berdasarkan paparan di atas, maka novel Mencari Perempuan yang Hilang karya DR. Imad Zaki dianalisis dengan tinjauan Sosiologi Sastra marxis untuk mengetahui dan mendeskripsikan struktur kelas ekonomi masyarakat sehingga terjadinya konflik sosial antar tokoh dalam cerita tersebut.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah karakter tokoh ayah Ahlam,  (Abdul Ghani)?
2.      Bagaimanakah konflik sosial dan politik yang terkandung dalam novel mencari perempuan yang hilang?
3.      Konflik apa saja yang dialami Ahlam dalam keluarga?
4.      Konflik apa saja yang dialami Saleh dengan Abdul Ghani (ayah Ahlam)?

Tujauan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini memiliki tujuan :
1.      Mengetahui karakter tokoh Abdul Ghani.
2.      Mengetahui konflik sosial dan politik yang terkandung dalam novel mencari perempuan yang hilang.
3.      Mengetahui konflik-konflik yang dialami oleh Ahlam sebagai anak, dan Saleh terhadap Abdul Ghani.

BAB II
2.                    Landasan Teori

Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
Demikianlah, pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra.
Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Maka, memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah "kebenaran" penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Namun Wellek dan Warren mengingatkan, bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu.
Pengarang merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan orang- orang yang berada disekitarnya, maka dalam proses penciptaan karya sastra seorang pengarang tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, karya sastra yang lahir ditengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman hidup yang telah dihayatinya.
Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial. Artinya karya sastra ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya.
Berangkat dari uraian tersebut, dalam tulisan ini akan diuraian pengertian Sosiologi Sastra Sebagai Pendekatan dalam Menganalisis Karya Sastra.

2.1 Sosiologi Sastra
Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai media, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat antara masyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang.
Perkembangan kritik sastra Indonesia dalam decade tahun 1980-a ditandai dengan munculnya beberapa pembicaraan mengenai sosiologi sastra atau pendekatan sosiologis terhadap karya sastra. Dalam konteks ini, kritik sastra sesungguhnya mencoba memanfaatkan disiplin ilmu lain (sosiologi) untuk memberi penjelasan lebih mendalam mengenai salah satu gambaran kemasyarakatan yang terdapat dalam karya sastra. Oleh karena itu, pembicaraan mengenai hubungan kritik sastra dengan sosiologi, muncul lantaran ada anggpan bahwa karya sastra merupakan cerminan masyarakat. Karya sastra dianggap sebagai porter kehidupan masyarakat dan gambaran semangat zamannya.
Pendekatan sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra. Terdapat dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologi sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomi belaka. Kedua pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan.
Wellek dan Werren dalam Sapardi Djoko Damono membuat klasifikasi masalah sosiologi sastra menjadi tiga, yaitu:
1.      Sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideology sosial, dan lain-lain menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra.
2.      Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya ssatra dan apa yang menjadi tujuannya.
3.      Sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra (1978:3).
Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat, usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dalam hal isi, sesungguhnya sastra berbagi masalah yang sama, perbedaan yang ada antara keduanya adalah bahwa sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan novel menyusup menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya. Sosiologi memiliki tempat yang penting bagi kritik sastra sejauh tetap menempatkan karya itu bukan sebagai objek sosiologi. Sosiologi berfungsi hanya sebagai alat bantu agar lebih memahami berbagai aspek sosial yang menjadi muatan karya sastra.
Hippolyte Taine adalah peletak dasar sosiologi modern. Ia merumuskan bahwa sosiologi sastra ilmiah apabila menggunakan prinsip-prinsip penelitian seperti ilmu pasti. Penelitian sosiologisastra hendaknya mampu mengungkapkan refleksi tiga hal yaitu, ras, saat (momen), dan lingkungan (milieu).
Suwardi Endraswara dalam bukunya Metodelogi Penelitian Sastra membagi sasaran penelitian sosiologi sastra dalam empat bagian, yaitu:
1.      Fungsi Sosial sastra
Fungsi sosiologi sastra akan berkaitan dengan pernyataan sejauh mana nilaisastra berkaitan dengan nilai sosial dan samapi seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi nilai sosial. Dalam perkembangannya sosiologi sastra banyak dimanfaatkan oleh penelitian sastra yang berbau marxis. Paham marxisme berasumsi bahawa sastra, kebudayaan, agama pada setiap zaman merupakan ideology dan suprastuktur yang berkaitan secara dialektikal dan dibentuk atau merupakan akibat dari struktur dan perjuangan kelas pada zamannya. Kehadiran kelas atau lebih tepatnya strata social sering bersinggungan. Persinggungan kepentingan yang melebar ke maslah kekuasaan itu, sering menarik perhatian sastrawan.

2.      Produksi dan pemasaran sastra
Penelitian tentang produksi sastra memang jarang dilakukan, karena beranggapan hal ini menjadi tanggungjawab penerbit. Perhatian peneliti semacam itu memang sedikit mengesampingkan sosiologi sastra sebagai teori, melainkan berupaya memperhitungkan berbagao hal yang terkait dnegan faktor-faktor social yang menyangkut sastra. Faktor-faktor tersebut antara lain tipe dan taraf ekonomi masyarakat tempat berkarya, kelas atau kelompok social yang berhunugan dengan karya, sifat pembaca, sistem sponsor, pengayom, tradisi sastra sebagainya.
                3.Sastra sebagai cermin masyarakat
Pandangan yang amat populer dalam studi sosiologi sastra adalah pendekatan cermin. Melalui pendekatan ini karya sastra dimungkinkan menjadi cermin pada zamannya.
          4.Konteks sosio budaya
Penelitian sastra yang lengkap seharusnya terkait dengan latar belakang sosiokultural masyarakat. Karya besar dengan sendirinya akan mempresentasikan latar belakang sosikultural dan moral yang tangguh. Peneliti bertugas mengungkap hal tersebut agar dapat menangkap watak-watak cultural suatu masyarakat. Pendekatan sosiobudaya dapat digunakan penelitian dalam dua segi. Pertama, berhubungan dengan aspek sastra sebagai refleksi sosiobudaya. Kedua mempelajari pengaruh sosiobudaya terhadap karya sastra.






BAB III
3. Metode Penelitian
a.       Metode Penelitian
Dalam menganalisis penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu memaparkan data secara logika ilmiah bukan berupa angka, jumlah, dan prosentase agar mudah dipahami dan disimpulkan.
b.         Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra khususnya teori Marxis
c.          Sumber Data
Data dalam penelitian ini bersumber dari novel mencari perempun yang hilang.

d.         Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan teknik penelitian berupa data primer (novel mencari perempuan yang hilang).
BAB IV
4.Pembahasan
Novel “mencari perempuan yang hilang” membahas mengenai konflik-konflik social, baik berupa stratifikasi social ataupun penggambaran sebuah kekuasaan yang menitikberatkan pada kekuasaan yang menghalalkan segala cara demi sebuah uang. Dengan demikian pembahahan makalah ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
4.1 Konflik Sosiologi
Konflik social
1.      Ahlam dengan kedua orang tuanya
“Kehadiranku di muka bumi ini sudah ditunggu oleh sendok emas, kemewahan berlimpah ruah, semua kebutuhan dan keinginanku tersedia tanpa aku minta……semua aku punya kecuali kasih sayang yang hakiki (78-79).”

2.      Konflik social dalam keluarga (ayah Alam dan Ibu Ahlam)
“Suatu hari ibu pernah menceritakan dasar pernikahannya dengan ayahku bahwa dia menikah dengan ibu karena tergiur harta warisan suami ibu yang pertama. Namun ayahku menyangkalnya. Kata-kata ibu sangat melukai ayah. Ayah membela diri, ibu membela diri. Masing-masing unuk sebuah harga diri. Aku dibesarkan dalam arus pertengkaran yang tidak ada akhir (80-81)”

Interaksi social
a.      Bentuk Interaksi Sosial
            Interaksi sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan sosial.
            Gillian and Gillian membagi bentuk-bentuk interaksi sosial menjadi dua yaitu asosiatif dan disasosiatif. Proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok.
            Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
            Adapun dalam novel mencari perempuan yang hilang interaksi sosial yang terjadi adalah bentuk interaksi sosial disasosiatif, berikut ini adalah kutipan teks yang mendukung
 .
Interaksi social antara keluarga Ahlam terhadap guru privat Ahlam
saat masih kelas dua SMP aku sangat tergantung pada seorang guru. Aku merasakan kasih sayang yang tidak aku dapatkan dari ibu kandungku sendiri. Demikian juga dengan ayahku yang sibuk dengan kalkulator dan angka-angka”(81-82).

“suatu saat ibu meminta kesedian ibu guru untuk mengajariku bahasa Inggris dan pendidikan ala barat. Ibu menjanjikan gaji yang tinggi. Guru itu minta maaf karna dia tidak punya waktu  harus mengurusi kedua anaknya.” (82)

“ Ibu guru melihatku membagi-bagikan uang kepada teman-teman sekelas. Ibu guru menemui ibu aku agar mampu memberikan perhatian dan kasih sayang padaku. Ibuku tersinggung dan marah. Dengan lantang dia mengatakan bahwa iya seorang ibu yang teladan…. Ibu guru dlarang untuk berkunjung ke rumahku. (82)

Interaksi social keluarga Abdul Ghani kepada sesama manusia
“ kira-kira tujuh tahun yang lalu, sebuah bangunan penduduk roboh menerpa penghuninya. Korban terdiri dari enam orang anak laki-laki, tujuh orang perempuan dewasa dan satu orang laki-laki dewasa. Jumlah tersebut tidak termasuk yang luka-luka. Diduga bahwa bangunan tersebut tidak layak huni. Itu karena kelalaian insinyur yang membangunnya…..Ayahkulah orang membangunya.” (125)


“sekretaris bayaran…dia menarik tanganku masuk ke ruang rapat. Dia empaskan tubuhnya di atas meja, dia telentang serta mengaduh kesakitan. Aku minta untuk diam. Aku surh dia menarik bajunya ke atas untuk mengetahui sakitnya. Aku sedikit menunduk kea rah dadanya. Tiba-tiba dia merangkulku erat-erat dan menciumku…beberapa menit kemudian pintu ruang kerja Abdul Ghani dibuka. Sekretaris yang sedang aku maki-maki keluar bersama seorang laki-laki. Sebuah kamera tergantung di leher laki-laki itu.” (189)

“ ..sekarang aku memiliki jutaan dus makanan bayi yang terancam kadaluarsa menjelang akhir bulan ini …penggunaan yang melampaui sedikit masa kadaluarsa tidak akan membahayakan konsumen…aku mengerti sekarang mengapa dia menolaku untuk menikah dengan putrinya. Sebabnya karena aku tidak mau menjalankan rencana bususknya.” (205-106)

“…peristiwa adegan porno dan ciuman birahi yang dilakukan sekretaris itu bukanlah kebetulan. Tapi rekatasa serigala itu. Bukan karenanafsu perempuan itu semata, tapi sudah tertata dalam sekenario. Ini buktinya. Foto-foto hasil bidikan kameranya ada dalam surat yang baru saja kuterima dari ibu.” (204)

“ …Aku terkejut membaca isi surat itu. Isinya mengandung bahaya dimana perusahaan akan melakukan transaksi di luar program kerja. Perusahaan akan menjual sejumlah alat kesehatan yang sudah habis masa layak pakainya. (209)

“ ..Apa dasarnya Abdul Gani mengatakan Nura tidak bermoral?”
Ya, mungkin saja Doketr  Syarif yang memfitnah dengan memutarbalikan fakta. …Nura diberi obat penenang, setelah tidak sadarkan diri, dia diperkosa.” (322-323).

b.      Penyebab Interaksi Sosial
            Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Dikarnakan adanya interaksi sosial, maka kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul adalah penyebab-penyebab interaksi sosial, adapun penyebab interaksi sosial dibagi menjadi dua yaitu (a). penyebab positif, dengan adanya interaksi yang bersifat positif, maka interaksi akan membantu dan saling memudahkan satu sama lain, seperti halnya yang dilakukan dr. Saleh terhadap bayi yang dibuang.
“...Aku datang untuk mengetahui keadaan terakhir bayi yang malang itu. Bukankah sudah satu minggu dia disini? Semoga dia tenang dan terlindung bersama anda. Berita itu cukup bagiku.” (148)
(b). penyebab negative, dengan adanya interaksi bersifat negative, maka ada banyak kemungkinan penyebab interaksi tersebut menjadi bersifat deskrutif/merusak seperti yang dilakukan Abdul Ghani dalam novel mencari perempuan yang hilang
“…Tapi, mengapa insinyur yang menjadi tertuduh?... Ayahkulah orang yang menandatangani pertanggungjawaban tersebut. Insiyur membela diri, dia mengatakan bahwa ayahkulah yang menyuruhnya untuk mengurangi komposisi pemakaian bahan bangunan dari ukuran yang semestinya.” (125)

c.       Akibat Interaksi Sosial
Dengan adanya interaksi sosial maka berakibat adanya interaksi sosial yaitu berupa:
a.       Kerja sama
Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b.      Akomodasi
Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c.       Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
d.      Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

e.       Persaingan
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.

f.       Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
g.      Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

d.      Solusi Interaksi Sosial
Agar interaksi sosial bersifat harmonis maka, hal yang harus dilakukan antar pelaku interaksi adalah: (1). Kontak sosial ; hubungan antara satu pihak dengan pihak lain tidak bersinggungan, supaya meminimalisir konflik. (2). Komunikasi ; dalam berhubungan dan bergaul dengan orang lain gunakan komunikasi yang tidak bersifat konotasi negativ.

BAB V
5.Penutup
Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tokoh Saleh dan Ahlam merupakan tokoh yang memiliki karakter yang peka terhadap kehidupan dan sesama, tercermin dari kepekaan mereka saat menemukan bayi
2. Tokoh Abdul Ghani merupakan tokoh yang serakah dan antisocial hal ini tercermin dari sikap Abdul Ghani yang menjual makanan bayi yang sudah kadaluarsa, pembangunan hunian yang tidak layak yang mengakibatkan banyak korban, membeli kebahagian anak dengan harta, merendahkan martabat Soleh dan hanya melihat dari segi ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Zuriyati. 2010. Mencari Perempuan Yang Hilang. Jakarta : Zikrul Hakim
www. Gumilarcenter.com, 28-11-2011. p. 3-4
www. Crayonpedia.org, 28-11-2011.p. 1-2

Tidak ada komentar: